SPIETHANDERSON.COM – Kisah Pilu Kakek-Nenek, Kisah keluarga Aliwa menggambarkan luka mendalam di Gaza, di mana satu generasi telah hilang akibat perang yang tak berkesudahan. Di Gaza, pemandangan yang tersisa hanyalah reruntuhan dan debu dari bom-bom yang dijatuhkan Israel. Di balik kehancuran itu, ribuan anak kehilangan keluarga.
Perjuangan Hidup Tanpa Kepastian
Setiap hari, Hamed dan Rida bangun bukan untuk diri mereka sendiri, tetapi demi anak-anak yang kini memanggil mereka “ayah” dan “ibu”. Anak-anak itu tidur di bawah suara ledakan dan berbagi sepotong roti untuk bertahan hidup.
“Anak-anak ini butuh makanan, air, dan kasih sayang. Tekanan ini sangat berat bagi saya,” ujar Rida, 60 tahun, kepada Al Jazeera.
Keluarga ini berjuang di tengah keterbatasan air bersih, makanan, dan obat-obatan. Menurut Hamed, bahkan kebutuhan dasar kini sulit ditemukan. “Unsur-unsur dasar kehidupan hampir mustahil diperoleh,” katanya lirih.
Ribuan Anak Gaza Kehilangan Orang Tua Kisah Pilu Kakek-Nenek
Biro Pusat Statistik Palestina mencatat lebih dari 39.000 anak di Gaza kehilangan satu atau kedua orang tua, sementara 17.000 di antaranya yatim piatu penuh sejak Oktober 2023.
Data UNICEF menyebut sedikitnya 20.000 anak tewas, dengan 3.000 hingga 4.000 anak kehilangan satu atau lebih anggota tubuh akibat serangan. Angka ini menandakan, rata-rata satu anak terbunuh setiap jam dalam dua tahun terakhir.
Luka Tak Terhapus dan Harapan yang Rapuh
Rida tak mampu menyembunyikan rasa kehilangan. “Saya sangat merindukan putra-putra saya. Mereka alasan saya bertahan,” ujarnya. Kini, ia menyalurkan cinta itu kepada cucu-cucu yang ditinggalkan.
Meskipun gencatan senjata diumumkan sejak 10 Oktober, situasi tetap genting. Sekitar 473.000 warga Gaza kembali ke wilayah utara yang hancur, menghadapi kekurangan makanan dan air bersih. “Kami hidup di bawah suara drone yang terus berputar. Kami takut perang akan dimulai lagi,” tutur Hamed.
Baca Juga: Pembiayaan Ultramikro: Solusi Cerdas Kurangi Kemiskinan
Kesimpulan Kisah Pilu Kakek-Nenek
Kisah keluarga Aliwa adalah potret nyata penderitaan di Gaza. Di tengah kehancuran dan kehilangan, cinta serta tanggung jawab menjadi satu-satunya kekuatan untuk bertahan. Generasi baru tumbuh di bawah bayang-bayang perang, menyimpan harapan tipis akan masa depan yang damai bagi tanah kelahirannya.




Leave a Reply