spiethanderson – Skrining Digital Nasional untuk Atasi Gangguan Penglihatan , Mantan Menteri Kesehatan RI, Nila Djuwita Moeloek, menyoroti peningkatan signifikan kasus gangguan penglihatan pada anak usia sekolah. Ia mengungkapkan bahwa sekitar 40 persen siswa sekolah dasar di Jakarta kini mengalami masalah penglihatan, naik drastis dari 15 persen sebelum pandemi COVID-19. Kondisi ini dinilai memerlukan langkah cepat dan terintegrasi dari pemerintah daerah.
Menurut Nila, salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah skrining mata berbasis digital. Pemeriksaan digital dinilai mampu memberikan hasil yang cepat, akurat, dan efisien, terutama dalam mendeteksi gangguan sejak dini. Ia mengusulkan agar metode ini diintegrasikan ke dalam program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang telah berjalan di berbagai daerah.
“Pemeriksaan mata berbasis digital ini bisa menjadi solusi efektif. Kita bisa memasukkannya dalam kegiatan rutin pemeriksaan kesehatan anak sekolah seperti program CKG,” ujar Nila Moeloek dikutip dari Antara.
Gangguan penglihatan pada anak sekolah sering kali tidak terdeteksi sejak awal. Data World Health Organization (WHO) mencatat bahwa sekitar 80 persen gangguan penglihatan dapat dicegah atau diobati bila ditemukan lebih dini. Dengan kemajuan teknologi, skrining digital dapat membantu tenaga medis melakukan pemeriksaan massal tanpa membutuhkan alat kompleks.
Nila berharap pemerintah pusat dan daerah dapat bekerja sama dalam mengimplementasikan skrining ini secara nasional. Upaya tersebut diharapkan tidak hanya meningkatkan kesehatan mata anak Indonesia, tetapi juga mendukung kualitas belajar dan tumbuh kembang mereka di masa depan.
“Baca juga : PT Pertamina Lepas Pelita Air, Siap Merger dengan Garuda”
Skrining Digital Nasional Ini Permudah Deteksi Gangguan Penglihatan Anak
Penelitian kolaboratif antara tim dokter mata Indonesia dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghasilkan inovasi penting dalam dunia kesehatan mata. Teknologi baru ini memungkinkan pemeriksaan ketajaman penglihatan hanya dengan menggunakan telepon genggam, tanpa memerlukan alat optik mahal.
Menurut Nila Djuwita Moeloek, mantan Menteri Kesehatan RI, inovasi ini dapat menjadi langkah awal dalam skrining dini gangguan penglihatan pada anak sekolah. “Teknologi ini dapat digunakan sebagai skrining awal tanpa perlu alat optik mahal. Dengan ponsel yang dimiliki hampir semua orang, pemeriksaan mata bisa dilakukan di sekolah-sekolah dan puskesmas dengan cepat dan murah,” ujarnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40 persen anak sekolah dasar di Jakarta mengalami gangguan penglihatan. Angka tersebut meningkat tajam dibandingkan 15 persen sebelum pandemi COVID-19, yang menandakan perlunya sistem pemeriksaan yang lebih luas dan efisien.
Pakar kesehatan mata menilai bahwa pemeriksaan berbasis digital dapat membantu mengidentifikasi masalah refraksi dan ambliopia lebih cepat. Selain itu, pendekatan ini mendukung pemerataan layanan kesehatan di daerah yang masih kekurangan tenaga medis dan fasilitas optik.
Jika diterapkan secara nasional, inovasi ini berpotensi menjadi terobosan besar dalam deteksi dini gangguan penglihatan anak. Pemerintah diharapkan dapat mengintegrasikan sistem ini ke dalam program Cek Kesehatan Gratis (CKG) atau layanan kesehatan sekolah. Langkah tersebut diyakini akan memperkuat upaya pencegahan, meningkatkan kualitas hidup anak-anak, dan mendukung keberhasilan pendidikan mereka di masa depan.
“Baca juga : Gula Rafinasi Industri Masuk Banten, Petani Tebu Merugi”




Leave a Reply