Warga Palestina Dirikan Tenda di Atas Robot Peledak Israel

Warga Palestina Dirikan Tenda di Atas Robot Peledak Israel

Spiethanderson.com – Warga Palestina bernama Ayman Qadourah menemukan kendaraan lapis baja Israel yang belum meledak di reruntuhan rumahnya di Khan Younis, Gaza. Temuan itu terjadi saat ia kembali untuk membangun tempat berlindung sementara setelah kawasan permukimannya hancur akibat serangan udara Israel. Kehancuran parah membuat banyak warga Gaza terpaksa tinggal di antara puing-puing dan sisa-sisa persenjataan berbahaya.

Keluarga-keluarga mulai kembali ke Kota Khan Younis setelah gencatan senjata diberlakukan pada 10 Oktober 2025. Mereka bergabung dengan lebih dari 435.000 warga lainnya yang juga kembali ke wilayah utara dari kamp pengungsian di selatan. Namun, sebagian besar mendapati rumah mereka rata dengan tanah, penuh logam kusut, dan sisa-sisa alat peledak yang belum meledak.

Tanpa pilihan lain, Qadourah mendirikan tenda keluarganya tepat di atas mesin militer raksasa yang dikenal warga lokal sebagai robot peledak. Alat itu digunakan tentara Israel untuk menghancurkan blok permukiman. Robot tersebut dioperasikan dari jarak jauh dan membawa bom kuat yang bisa meratakan gedung. “Perangkat yang belum meledak seperti ini sangat berbahaya. Jika terkena api, ledakannya bisa setinggi langit,” ujar Qadourah kepada Al Jazeera.

Ia khawatir satu ledakan saja bisa meluluhlantakkan seluruh lingkungan. Untuk meminimalkan risiko, Qadourah menutupi mesin tersebut dengan pasir setiap hari. Menurut laporan Kantor Media Pemerintah Gaza, pada September lalu Israel meledakkan lebih dari 100 robot peledak hanya dalam tiga minggu.

Baca Juga: Purbaya dan Mendagri Sepakati Kebijakan Baru Anggaran Daerah

Warga Palestina Dirikan Tenda di Atas Robot Ancaman Serius dari Persenjataan yang Belum Meledak di Gaza

Kondisi berbahaya di Gaza diperburuk oleh banyaknya alat peledak yang masih tersebar. Kepala Layanan Aksi Ranjau PBB untuk wilayah Palestina, Luke David Irving, menyebut ancaman dari persenjataan aktif di Gaza “sangat tinggi.” Lembaganya mengidentifikasi lebih dari 560 perangkat peledak di wilayah yang dapat dijangkau, meskipun jumlah sebenarnya diyakini lebih besar.

Sejak Oktober 2023, sedikitnya 328 orang tewas atau terluka akibat persenjataan yang belum meledak, menurut laporan PBB. Korban sebenarnya bisa lebih banyak, karena banyak wilayah belum dapat diakses. Sementara itu, analisis satelit UNOSAT mencatat lebih dari 42.000 bangunan rusak di Khan Younis, dan total 227.000 unit rumah hancur di seluruh Jalur Gaza.

Qadourah mengaku hidup dalam ketakutan. Ia dan anak-anaknya mengenakan pakaian yang diambil dari reruntuhan, menyebabkan infeksi kulit dan luka parah. “Kami terpaksa tinggal di sini karena tidak ada tempat lain. Semua ruang sudah penuh,” ujarnya. Ia menambahkan, warga tidak akan berpindah hingga ada solusi permanen untuk perumahan.

Meski badan-badan kemanusiaan meningkatkan pengiriman bantuan, blokade Israel masih membatasi pasokan logistik ke Gaza. Target 600 truk bantuan per hari belum tercapai. Kondisi ini memperburuk penderitaan warga yang kehilangan rumah dan hidup di antara sisa-sisa perang.

Penutup Palestina Dirikan Tenda di Atas Robot

Situasi di Gaza mencerminkan krisis kemanusiaan yang terus berlanjut meskipun gencatan senjata telah diberlakukan. Kehidupan warga Palestina, termasuk Ayman Qadourah dan keluarganya, kini bergantung pada upaya internasional untuk menghapus ancaman peledak, membuka akses bantuan, dan membangun kembali wilayah yang hancur. Sinergi global dibutuhkan agar rakyat Gaza dapat kembali hidup aman dan bermartabat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *